SLavery Novels; Slave Narratives
Konstruksi Identitas Orang Kulit Hitam Amerika melalui Karya Sastra: Kajian Poskolonial Terhadap Novel-Novel Perbudakan di Awal Abad 21
Penulis
Rasiah
Pembimbing: Prof. Dr. Ida Rochani Adi, SU; Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno
ABSTRACT: Slavery novel is a literary genre that interprets the history of the enslaved Africans in Antebellum America up to early twentieth-century segregation and disenfranchisement. The authors dramatized it, not only to fascinate audience and gain the commercial profit, but also to reflect the racist ideology behind the story. This study sought to look at how Black identities have been constructed through the slavery novels written by several Black and White authors in the early 21st century. Four novels that used as the basis for this study are; The Wind Done Gone (TWDG), The Known World (TKW), Property (2003) and Rhett Butler's People (RBP) (2007). The theory that used in this study is postcolonial by intersecting the concept of Orientalism, subaltern, and ambivalence. The method of analysis is utilizing the representation. The first, it worked with symbols that signify something, the second, the symbols is to stand in or to represent something, and the third phase is ideological, in which the codes of representation linked and organized into social coherence or beliefs. This study found that; (1) the construction of Blacks identity that appeared in Blacks' novels reflected the racial and ethnic enactment of Blacks. The attributes of Black enacted as prominent identities. Nonetheless, they also showed the negotiation of identity, which is reflected by the process of cultural adaptation strategically and positionally. It means that Blacks adopted the values of White culture, but they do not take it at all because the roots of their culture remain preserved. The negotiation process, then, fruited a hybrid identity as a form of survival in American mainstream culture. (2) The construction of Black identities in Whites' novels reflected through Black racial and ethnic identity as others and hybridity in its identity. Through this construction, the stereotype of Black identity remained to be preserved, particularly in addressing the differences between Whites and Blacks. In reflecting Black hybrid identity, it is not only indicated the hegemony of white culture upon Blacks, but also the survival of Blacks against White culture empire. It indicated that despite the Blacks took the White lifestyle in many things, their culture also penetrated into White culture. (3) The construction of the Black identities through slavery novels in early 21st century reflected the ambivalence against racism. It reflects the attitude of sustaining white supremacy and resisting racism. This fact attested that the American post-racial era does not purely mark the disappearance of racist attitudes and protest, but those attitudes just being softened through the different representations. It can be concluded that the problem of racism that surrounding the relationship of Black-White in America is difficult to be disappeared, however, it continues to be constructed in other forms to fit the spirit of the age. This is why the Black slavery tale continues to be responded in American literature, it is connected with the power relation of two social groups in the United States.
INTISARI: Novel perbudakan merupakan salah satu genre sastra yang menginterpretasi sejarah perbudakan orang Afrika pada era antebelum Amerika sampai pada era segregasi dan pengabaian hak suara di awal abad dua puluh. Pengarang mendramatisasi cerita ini, tidak saja untuk mendapatkan keuntungan komersil, tetapi juga merefleksikan sikap terhadap rasisme. Penelitian ini melihat bagaimana identitas orang kulit hitam dikonstruksi dalam novel-novel perbudakan melalui beberapa pengarang kulit putih dan kulit hitam di awal abad dua satu. Empat novel yang digunakan sebagai objek analisis adalah The Wind Done Gone (TWDG) (2001), The Known World (TKW) (2003), Property (2003) dan Rhett Butler's People (RBP) (2007). Teori yang digunakan adalah poskolonial dengan menggabungkan tiga teori; orientalisme, subaltern, dan ambivalensi. Metode analisis data yang digunakan adalah representasi konstruksionis; pertama menginterpretasi simbol yang menandai sesuatu, kedua simbol tersebut to stand in atau untuk mewakili sesuatu, dan ketiga adalah menghubungkan dan mengorganisasikan kode-kode representasi ke dalam koherensi sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) konstruksi identitas orang kulit hitam yang muncul dalam novel penulis kulit hitam merefleksikan penguatan citra identitas ras dan etnik. Penulis juga menampilkan upaya negosiasi identitas yang tercermin dalam proses pengadaptasian budaya kulit putih yang bersifat strategis dan posisional. Artinya, dalam proses negosiasi tersebut terjadi pengambilan nilai-nilai budaya kulit putih, tetapi mereka tidak larut dalam perubahan, karena identitas budaya yang menandai kedirian mereka tetap ada dan dipertahankan. Proses negosiasi ini kemudian melahirkan identitas hibrid sebagai bentuk survival dan adaptasi orang kulit hitam dalam budaya mainstream. (2) Konstruksi identitas orang kulit hitam dalam novel kulit putih merefleksikan identitas ras dan etnik orang kulit hitam sebagai liyan dan hibriditas dalam identitas tersebut. Melalui konstruksi identitas ini terlihat adanya upaya kulit hitam untuk mengubah atribut kulit hitam, tetapi tidak mengubah stereotip. Dalam aspek hibriditas, identitas orang kulit hitam tercermin sikap survival orang kulit hitam di tengah invasi budaya kulit putih. Sikap ini menandai bahwa meskipun orang kulit hitam banyak mengambil budaya kulit putih, tetapi pada saat yang sama juga melakukan penetrasi dalam budaya kulit putih. (3) Konstruksi identitas orang kulit hitam kemudian mencerminkan sikap ambivalensi terhadap rasisme. Ambivalensi tersebut terlihat dalam pemertahanan supremasi kulit putih dan meresistensi wacana rasisme. Sikap ambivalensi ini sekaligus menegaskan bahwa kondisi abad 21 Amerika yang sering disebut sebagai era post-rasial tidak-lah serta merta menandai hilangnya sikap rasis dan protes, tetapi sikap itu hanya diperlunak melalui representasi yang berbeda dari sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persoalan rasisme yang melingkupi hubungan antara Black-White di Amerika sulit untuk hilang, tetapi akan terus dikonstruksi dalam bentuk yang lain sesuai dengan semangat zamannya. Inilah yang menyebabkan mengapa cerita perbudakan orang kulit hitam terus diresepsi dalam sastra Amerika.
Kata kunci | Identitas, Orang kulit hitam, konstruksi, Novel perbudakan, Poskolonial, Relasi Kulit Hitam dan Putih/Black, Black White Relation, Identity, Construction, postcolonial, Slavery novel Sumber: ETD/Perpustakaan Digital Universitas Gadjah Mada. |
---|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar